- WHISPERDESIRE AKHIRI CERITA
Hanya membutuhkan beberapa detik untuk mengucapkan “selamat datang”, tapi membutuhkan hampir selamanya untuk mengucapkan “selamat tinggal”. Ya, mengucapkan “selamat tinggal” tidak pernah mudah. Sayangnya, dua kata itu harus terucap dari whisperdesire.
whisperdesire, sebuah kelompok musik pop asal Jakarta, memutuskan untuk mengakhiri kisah yang sudah mereka bangun selama empat tahun. Keputusan yang diambil secara kolektif ini didasari oleh pertimbangan kesibukan masing-masing personil, yang mayoritas sedang menyelesaikan studinya. Selain itu, terkadang, lebih bijak untuk mengakhiri sesuatu daripada meneruskannya tanpa “nyawa”.
“Menurut gua sih sekarang keadaannya udah beda. Jadi, ya, keputusan ini juga menguji fleksibilitas whisperdesire juga. Udah banyak yang berkembang, jadi makin banyak perbedaan. Daripada dipaksain terus tapi kenyataannya udah enggak menyatu?” ungkap pemain drum Hertri Nur Pamungkas terkait keputusan pelik yang harus diambil whisperdesire.
“Ingatlah riang saat bersama kita lepas duka – Ingatlah kawan kita tertawa tak akan pernah lupa – Satu padu kita saling menyinari jalan,” nyanyi vokalis Freddy Aritonang dalam lagu whisperdesire bertajuk “Kita Akan Bertemu di Sana”. Sama seperti lagu tersebut, meski telah memutuskan untuk menangguhkan nama yang sudah sekian lama dibangun bersama, persahabatan mereka tak akan pernah berujung.
“Band ini dibentuk atas dasar pertemanan, jadi keputusan ini diambil juga atas dasar yg sama – pertemanan,” tegas Rabindra Wisatrya, gitaris whisperdesire.
Belum lama ini, sekitar akhir Juli 2008, whisperdesire merekam tiga lagu baru secara live recording untuk menyisakan sebuah rekaman penanda akhir perjalanan mereka. Lagu-lagu yang direkam adalah “Halu”, “Pesan”, dan “Titik Terang Dalam Sendiri”, yang cukup berbeda dengan lagu-lagu whisperdesire sebelumnya, karena cenderung eksperimental.
Tiga lagu tersebut bisa didengarkan dan diunduh secara gratis di www.myspace.com/whisperdesire. Menurut pemain bas Enrico Gobel, live recording ini merupakan upaya terakhir whisperdesire mempersembahkan karya terbaru mereka.
“Ibaratnya tuh kita punya tabungan bersama, terus sekarang kita udah enggak bareng lagi, jadi, ya, tabungannya harus dimanfaatkan bersama. Tapi sekarang semuanya udah sama-sama sibuk, udah jarang ketemu juga. Jadi, ya, enggak bisa studio recording, karena susah ngatur waktunya. Akhirnya, ya, live recording saja.”
Selain itu, Enrico menambahkan live recording ini juga merupakan bagian dari komitmen whisperdesire kepada penikmat musik mereka. “Dari memutuskan untuk enggak bareng lagi, kita semua sepakat menyebarkan rekaman lagu-lagu baru whisperdesire, yang belum direkam sebelumnya, ke semua orang,” katanya.
whisperdesire terdiri dari Anika Miranti (pemain kibor), Enrico Gobel (pemain bas), Freddy Aritonang (vokalis), Hertri Nur Pamungkas (pemain drum), Mikael Mirdad (gitaris), dan Rabindra Wisatrya (gitaris). Kolektif musik ini terbentuk pada tahun 2004 atas inisiatif Enrico, Mikael, dan Rabindra untuk menjadi band pengisi malam perpisahan mereka di SMA Pangudi Luhur dan SMA Tarakanita 1.
“Awalnya band ini cuma untuk senang-senang aja, enggak lebih,” kata Mikael. Kendati demikian, seiring meningkatnya kemampuan bermusik para personilnya, whisperdesire berkembang menjadi sebuah band yang cukup aktif dan produktif, terutama di kancah musik independen di Indonesia, khususnya Jakarta.
Berdasarkan kecintaan terhadap band rock asal Inggris, The Cure, whisperdesire sempat memainkan lagu cover The Cure di tiap pertunjukan pada awal eksistensi mereka.
Pada tahun 2006, whisperdesire merilis mini album pertama, Berakhir Awalan, menyertakan empat lagu anyar ciptaan mereka: “Jalan Senja”, “Berakhir Awalan”, “Di Atas Batas (Antara Pedang dan Cahaya Terang)”, dan “Never in Love with Luna”.
Pada tahun berikutnya (2007), whisperdesire kembali meluncurkan mini album Cerah Berawan, menunjukkan kematangan yang cukup signifikan dengan empat lagu baru mereka: “Kembali”, “Bicara”, “Sekejap”, dan “Kita Akan Bertemu di Sana”.
“Gua bangga banget dengan semua hal yang pernah dicapai whisperdesire, karena, selama keberadaannya, whisperdesire selalu berkembang. Dan apa yang sudah kita semua capai bersama, itu menandakan perkembangan individu sekaligus kolektif juga,” ujar Anika.
Lagu “Berakhir Awalan” pernah menduduki peringkat pertama tangga lagu Prambors Nubuzz dan lagu “Hope & Wish” yang tidak pernah dirilis kepada publik menjadi soundtrack untuk film independen Bukan Mimpi Buruk, yang dirilis di Amerika pada pertengahan tahun 2006.
Selain itu, di tahun yang sama, video klip “Di Atas Batas (Antara Pedang dan Cahaya Terang)” juga pernah menyandang predikat video clip of the month untuk acara Dem-O di stasiun televisi lokal Jakarta, O Channel.
“Gua senang banget dengan tanggapan orang-orang. Musik kita banyak diapresiasi orang banyak dan karena itu juga gua jadi semakin banyak belajar,” kata Mikael.
Sepanjang perjalanan mereka, terdapat sebuah lagu yang pernah melalui studio rekaman namun tak tembus untuk dirilis kepada publik, yaitu “Lotere”, yang direkam bersama “Hope & Wish” dan pula semua lagu di album Berakhir Awalan pada akhir 2005.
Sebagai ucapan selamat tinggal, Freddy mengungkapkan pesan terakhir untuk semua penikmat musik whisperdesire: “Semoga semua akan selalu ingat bahwa pernah ada band bernama whisperdesire.”
whisperdesire mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kemajuan mereka selama aktif di kancah musik. Seperti judul lagu sekaligus extended play (EP) mereka, Berakhir Awalan, Mikael berharap keputusan ini merupakan yang terbaik dan dapat mengawali sesuatu yang lebih besar di masa depan.
“whisperdesire adalah langkah awal dari proses masing-masing personil untuk ke depannya. Dari whisperdesire gua sedikit banyak tahu soal industri musik, jadi gua senang banget bisa jadi bagian dari whisperdesire. Untuk semua personilnya: Jadikanlah ini sebagai langkah awal dari cerita lo masing-masing,” pesan Mikael.
Seperti kata pepatah lama: Every goodbye makes the next hello closer. Selamat jalan, whisperdesire!
**
Dapat diunduh secara gratis di www.myspace.com/whisperdesire,
tiga karya terakhir: "Halu", "Pesan", dan "Titik Terang Dalam Sendiri".
WAKTU SEDUNIA
Senin, 15 Februari 2010
WHISPERDESIRE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar